Malam Panas di Basra
Pertandingan Timnas Indonesia vs Irak di Stadion Basra menjadi laga yang paling panas di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Selain hasil kekalahan 2-0, pertandingan itu juga diwarnai kontroversi besar yang membuat publik sepak bola Indonesia murka.
Wasit asal Tiongkok, Ma Ning, mengeluarkan tiga kartu merah untuk pemain Indonesia hanya dalam rentang waktu kurang dari 20 menit.
Keputusan itu langsung memicu amarah pemain, pelatih, dan ribuan suporter yang menilai keputusan wasit terlalu berlebihan.
Laga yang seharusnya berjalan ketat justru berubah menjadi tegang dan penuh emosi.
Berikut kronologi lengkap insiden yang mengguncang mental skuad Garuda di malam penuh drama tersebut.
Awal Pertandingan Berjalan Normal
Pada 20 menit pertama, pertandingan berlangsung dalam tempo tinggi.
Timnas Indonesia tampil agresif dan berani menekan Irak di area pertahanan mereka.
Pemain seperti Marselino Ferdinan dan Hokky Caraka berulang kali menembus sisi kanan pertahanan Irak.
Namun, situasi mulai memanas ketika Irak melakukan tekel keras kepada Rafael Struick di menit ke-23.
Wasit Ma Ning hanya memberikan peringatan tanpa kartu, padahal tekel itu jelas berbahaya.
Keputusan itu langsung menimbulkan protes dari pemain Indonesia di lapangan.
Kartu Merah Pertama: Justin Hubner
Ketegangan memuncak pada menit ke-35.
Bek tengah Justin Hubner mendapat kartu merah langsung setelah duel udara dengan penyerang Irak di tengah lapangan.
Ma Ning menilai Hubner melakukan sikutan kepada lawan, tetapi tayangan ulang menunjukkan kontak yang sangat minim.
Pemain Irak bahkan sempat jatuh dramatis, memancing perhatian wasit.
Patrick Kluivert langsung bereaksi keras di pinggir lapangan.
Ia berdiri, mengangkat tangan, dan berteriak ke arah wasit sambil menunjuk layar VAR.
Namun, Ma Ning tidak meninjau tayangan ulang sama sekali. Ia langsung mengeluarkan kartu merah dari saku tanpa ragu.
Para pemain Indonesia mengelilinginya, memohon penjelasan, tetapi keputusan tetap berdiri.
“Kami tidak paham alasan dia,” kata Marc Klok seusai laga. “Hubner hanya melompat, tidak menyikut.”
Kehilangan Hubner membuat Indonesia tertekan dan harus bermain dengan sepuluh orang.
Kartu Merah Kedua: Ivar Jenner
Setelah kartu merah pertama, pertandingan menjadi semakin keras.
Irak mulai memanfaatkan keunggulan jumlah pemain untuk menekan lini tengah Indonesia.
Namun, insiden kedua terjadi di menit ke-58.
Ivar Jenner, gelandang naturalisasi asal Belanda, terlibat perebutan bola dengan pemain Irak di sisi kanan lapangan.
Wasit Ma Ning menilai Jenner melakukan tekel keras dari belakang. Tanpa memberi peringatan, ia langsung mengeluarkan kartu kuning kedua.
Dengan itu, Jenner harus meninggalkan lapangan.
Pemain Indonesia kembali memprotes.
Patrick Kluivert bahkan sempat melangkah ke tepi garis lapangan dan berteriak, “Itu bola bersih!”
Namun, Ma Ning tetap tidak mengubah keputusannya.
Jenner berjalan ke luar lapangan sambil menundukkan kepala dan menepuk dada ke arah suporter.
Kehilangan dua pemain membuat Indonesia semakin kesulitan membangun serangan.
Irak pun memanfaatkan situasi dengan mencetak gol pertama tak lama setelah itu.
Kartu Merah Ketiga: Rizky Ridho
Kartu merah ketiga datang pada menit ke-85 dan menjadi puncak kontroversi malam itu.
Bek muda Rizky Ridho mendapat kartu merah langsung setelah benturan keras dengan striker Irak di depan kotak penalti.
Ridho sebenarnya sudah menarik kakinya sebelum kontak terjadi, tetapi lawan jatuh dengan dramatis.
Tanpa ragu, Ma Ning langsung menunjuk pelanggaran dan mengeluarkan kartu merah.
Pemain Indonesia langsung bereaksi. Ernando Ari bahkan meninggalkan gawangnya untuk berbicara langsung kepada wasit.
Namun, sang pengadil tetap bergeming.
Patrick Kluivert terlihat menahan amarah di pinggir lapangan. Ia menendang botol minum dan memukul papan iklan dengan tangan kanan.
“Ini sudah tidak masuk akal!” teriaknya kepada ofisial keempat.
Keputusan itu membuat Indonesia harus bermain dengan delapan pemain di menit-menit akhir pertandingan.
Situasi itu praktis menutup semua peluang Garuda untuk menyamakan skor.
Kluivert Marah, Pemain Kehilangan Fokus
Setelah kartu merah ketiga, konsentrasi pemain Indonesia benar-benar menurun.
Marselino Ferdinan dan Marc Klok tampak frustrasi karena serangan mereka selalu dipatahkan.
Kluivert berkali-kali terlihat menggelengkan kepala dan berteriak memberi motivasi.
Namun, kondisi sudah terlalu berat. Irak memanfaatkan keunggulan pemain untuk mengontrol tempo permainan hingga laga berakhir.
Begitu peluit panjang berbunyi, Kluivert berjalan cepat ke arah wasit dan menyalami dengan wajah kaku.
Ia tidak mengatakan apa pun, hanya menatap tajam sebelum berjalan ke ruang ganti.
Di belakangnya, para pemain Indonesia bertepuk tangan ke arah suporter yang tetap bernyanyi.
Wajah mereka lelah, mata mereka merah. Namun, dukungan dari tribune tetap mengalir tanpa henti.
Reaksi Publik dan Media
Usai laga, media sosial langsung meledak dengan tagar #MaNingOut dan #JusticeForGaruda.
Ribuan netizen menilai Ma Ning terlalu cepat mengeluarkan kartu tanpa pertimbangan matang.
Beberapa analis Asia juga mengkritik kepemimpinan wasit asal Tiongkok itu.
“Dia kehilangan kendali atas pertandingan,” tulis seorang jurnalis AFC. “Keputusan-keputusannya terlalu impulsif.”
Mantan pemain Timnas Indonesia, Bima Sakti, juga ikut berkomentar.
“Sebagai pelatih, saya tahu tekanan di lapangan tinggi, tapi keputusan seperti itu bisa menghancurkan semangat pemain,” katanya.
Sementara itu, PSSI melalui Ketua Umum Erick Thohir memastikan akan mengajukan laporan resmi ke AFC.
“Kami akan mengumpulkan bukti video. Kami menghormati wasit, tetapi keputusan malam ini harus dikaji,” ujarnya singkat.
Statistik yang Memicu Perdebatan
Menariknya, statistik pertandingan memperlihatkan bahwa Indonesia sebenarnya tampil lebih agresif.
Garuda mencatat 12 pelanggaran, sedangkan Irak 17 pelanggaran.
Namun, hanya pemain Indonesia yang mendapat tiga kartu merah.
Selain itu, Irak menerima tiga kartu kuning, sementara Indonesia mendapat enam kartu kuning.
Angka ini memperlihatkan ketimpangan dalam pengambilan keputusan disipliner.
Komentator televisi menilai wasit tidak konsisten. “Kalau tekel Irak diberi peringatan, kenapa tekel Indonesia langsung kartu merah?” kata mereka.
Kluivert Tetap Tenang di Akhir
Meski marah di lapangan, Patrick Kluivert memilih sikap tenang saat konferensi pers.
Ia menolak menyalahkan wasit secara terbuka, tetapi menyiratkan rasa kecewa yang mendalam.
“Saya menghormati keputusan wasit, tapi semua orang bisa melihat apa yang terjadi,” katanya.
“Kami harus belajar dari situasi ini dan menjadi lebih kuat.”
Ia juga memuji mental pemain yang tetap berjuang meski bermain dengan delapan orang.
“Anak-anak luar biasa. Mereka tidak menyerah sampai detik terakhir,” tambahnya.
Kesimpulan: Malam Hitam bagi Garuda
Tiga kartu merah dari wasit Ma Ning meninggalkan luka mendalam bagi Timnas Indonesia.
Keputusan kontroversial itu tidak hanya mengubah jalannya pertandingan, tetapi juga mengguncang kepercayaan publik terhadap kualitas perwasitan di level Asia.
Namun, di balik kemarahan dan kekecewaan, skuad Garuda menunjukkan karakter luar biasa.
Mereka tetap bertarung sampai akhir, meski peluang hampir mustahil.
Patrick Kluivert kini menghadapi tugas berat untuk menjaga moral tim.
Dan bagi Indonesia, malam di Basra akan selalu dikenang sebagai malam penuh perjuangan dan kontroversi.