Inter Milan melangkah ke final. Barcelona terkapar di ujung ambisi. Giuseppe Meazza menyimpan drama berdarah.
Pelatih Barcelona, Hansi Flick, tak bisa menyembunyikan amarah. Kekalahan menyakitkan itu menyisakan rasa getir. Dia menuduh wasit Szymon Marciniak berpihak pada Inter Milan.
Laga itu bukan hanya soal tujuh gol. Bukan sekadar euforia atau air mata. Di balik sorak-sorai pendukung Inter, tersimpan ketegangan panas dari ruang konferensi pers.
Mimpi Barcelona Musnah di Extra Time
Barcelona dan Inter Milan bermain gila. Gol demi gol tercipta, adrenalin membuncah. Skor 3-3 bertahan hingga waktu normal berakhir.
Pertandingan berlanjut ke babak extra time. Inter mencetak gol keempat yang membuat fans mereka bergemuruh. Agregat akhir menjadi 7-6 untuk Inter Milan.
Giuseppe Meazza seolah meledak. Barcelona pulang dengan tangan hampa. Mimpi ke final buyar di hadapan ribuan mata.
Hansi Flick Marah, Wasit Dianggap Berat Sebelah
Hansi Flick berbicara lantang. Wajahnya datar, matanya menyimpan kecewa. Dia tak menyalahkan para pemain, tapi keputusan wasit membuatnya geram.
“Kami kecewa. Kami sudah berjuang. Tapi keputusan 50-50 selalu berpihak ke Inter,” ucap Flick dalam nada tegas.
Flick mengakui Inter tampil bagus. Namun, ia menilai ada ketidakadilan di lapangan. Keputusan wasit jadi bahan sorotan paling tajam.
“Saya bangga dengan tim ini. Tapi hasilnya tidak mencerminkan permainan,” lanjutnya.
Kontroversi Penalti, VAR Turun Tangan
Kontroversi mewarnai laga sejak awal. Barcelona mengklaim penalti ketika Pedri terjatuh di kotak penalti Inter. Hansi Flick Marah Marciniak mengabaikannya tanpa melihat VAR.
Beberapa menit kemudian, giliran Inter mendapatkan penalti. Pau Cubarsi dianggap melanggar Lautaro Martinez. Marciniak menunjuk titik putih tanpa ragu. VAR mengonfirmasi keputusannya.
Barcelona protes keras. Kamera menyorot Flick yang berdiri dengan gelisah. Ekspresi kecewa menyelimuti bench Barcelona.
Flick: “Saya Sudah Bicara dengan Wasit”
Saat ditanya soal insiden kontroversial, Flick menolak menjabarkan. Dia memilih bungkam, tapi ucapannya mengandung makna tajam.
“Saya tidak ingin membicarakan terlalu banyak. Tidak adil bagi para pemain saya,” ujarnya.
Namun, Flick menambahkan satu kalimat menggantung: “Saya sudah mengatakan pada wasit apa yang perlu dikatakan.”
Nada itu cukup menunjukkan isi hatinya. Flick merasa wasit merampas keadilan dari tangan Barcelona.
Penalti Dibatalkan, Barcelona Makin Tertekan
Pada menit ke-69, Barcelona sempat mendapat harapan. Wasit menunjuk titik putih usai Yamal dijatuhkan Mkhitaryan.
Para pemain Barcelona bersorak. Tapi itu hanya sebentar. VAR menunjukkan pelanggaran terjadi sedikit di luar kotak penalti.
Keputusan diubah. Penalti dibatalkan. Tendangan bebas diberikan. Momentum hilang. Kepercayaan diri pemain ikut merosot.
Flick menyaksikan semua dari sisi lapangan. Dia diam, tapi wajahnya bicara banyak.
Insiden Ludah: Inigo Martinez Jadi Sorotan
Kontroversi belum selesai. Pada akhir babak pertama, kamera menangkap satu momen mencurigakan.
Usai gol Hakan Calhanoglu, terlihat gerakan mencurigakan dari Inigo Martinez. Bek Barcelona itu diduga meludahi Francesco Acerbi.
Wasit tak melihat. VAR juga tak menyorot insiden tersebut. Laga berjalan seperti biasa, tapi publik mencatat kejadian itu.
Media sosial langsung meledak. Video insiden tersebar. Netizen bereaksi keras. UEFA diminta menyelidiki.
Inter Melaju, Barcelona Menyimpan Luka
Inter Milan bersiap menuju final. Mereka menunggu pemenang duel PSG vs Arsenal. Simone Inzaghi memuji perjuangan anak asuhnya.
Di sisi lain, Barcelona harus menata ulang puing ambisi. Hansi Flick tahu tugasnya belum selesai. Dia berjanji akan kembali musim depan.
“Kami akan kembali. Lebih kuat. Lebih siap,” kata Flick, menutup konferensi pers dengan nada penuh tekad.
Barcelona kalah, tapi tidak tumbang. Luka ini akan jadi bara di musim berikutnya.
Tudingan Hansi Flick, UEFA Perlu Bertindak?
Tudingan terhadap Marciniak bukan hal sepele. Dia wasit berpengalaman. Pernah memimpin final Piala Dunia. Tapi malam itu, dia dianggap memihak.
UEFA menghadapi dilema besar. Jika dibiarkan, kredibilitas kompetisi bisa runtuh. Jika diselidiki, tekanan politik mungkin muncul.
Apapun hasilnya, publik sudah menonton drama luar biasa. Bukan hanya drama gol. Tapi drama keputusan. Drama emosi. Drama ambisi yang terhempas.
Akhir Sebuah Malam Panas di Milan
Pertandingan itu akan terus dikenang. Bukan hanya karena tujuh gol. Tapi karena kontroversi yang menodai keindahan sepak bola.
Hansi Flick marah, tapi tidak meledak. Dia memilih kalimat diplomatis. Tapi seluruh dunia tahu, luka itu masih terbuka.
Inter Milan bersorak. Barcelona terdiam. Giuseppe Meazza jadi saksi, bagaimana malam berubah jadi medan pertempuran yang penuh teka-teki.
Sepak bola selalu punya dua sisi. Pemenang dan pecundang. Tapi ketika wasit jadi pusat cerita, maka sportivitas patut dipertanyakan.
Baca Juga: Inter Milan Lolos ke Final Setelah Duel Neraka Kontra Barcelona