Dari Reggiana hingga Real Madrid, Carlo Ancelotti membuktikan dirinya sebagai pelatih langka dengan segudang trofi dan pengaruh global.
Carlo Ancelotti bukan sekadar pelatih biasa. Ia adalah simbol kesuksesan dan konsistensi dalam dunia sepak bola. Pria asal Italia ini telah mencatat sejarah yang tak tertandingi. Sepanjang kariernya, ia mengoleksi 31 gelar prestisius dan menorehkan rekor yang sulit disaingi oleh pelatih mana pun.
Kini, Ancelotti melangkah ke babak baru. Federasi Sepak Bola Brasil menunjuknya sebagai pelatih tim nasional hingga Piala Dunia 2026. Langkah ini mengejutkan banyak pihak, namun juga membuktikan betapa besar pengaruh dan kepercayaan dunia terhadap sosoknya.
Langkah Awal Seorang Jenius Taktik
Karier kepelatihan Ancelotti dimulai pada 1992. Saat itu, ia menjadi tangan kanan Arrigo Sacchi di tim nasional Italia. Bersama Sacchi, ia merasakan atmosfer final Piala Dunia 1994. Pengalaman itu menjadi fondasi kuat bagi langkah selanjutnya.
Tahun 1995, Ancelotti memutuskan untuk memulai petualangan sebagai pelatih kepala. Reggiana menjadi klub pertamanya. Dalam satu musim, ia sukses membawa tim ini promosi ke Serie A. Ini menjadi sinyal awal bahwa Ancelotti bukan pelatih sembarangan.
Setelah Reggiana, ia melanjutkan karier ke Parma. Meski tidak meraih gelar, masa ini menjadi pelajaran penting. Tahun 1999, Juventus mempercayainya untuk menjadi pelatih utama. Hasilnya hanya satu trofi—Piala Intertoto. Namun, kisah suksesnya baru akan dimulai.
Era Keemasan Bersama AC Milan
Tahun 2001, Ancelotti berlabuh di San Siro. Ia menerima tantangan besar sebagai pelatih AC Milan. Di sinilah kariernya mulai bersinar terang. Delapan tahun di Milan memberinya banyak kesempatan untuk membuktikan kualitas.
Ia mengantar Milan meraih berbagai gelar penting. Termasuk dua gelar Liga Champions (2003 dan 2007) dan satu scudetto Serie A (2003/2004). Tak hanya itu, ia juga memenangkan Piala Super Eropa, Coppa Italia, Piala Super Italia, dan Piala Dunia Antarklub.
Di Milan, Ancelotti menunjukkan kemampuan meracik tim penuh bintang tanpa konflik besar. Ia menjaga harmoni di ruang ganti, sekaligus menciptakan sepak bola menyerang yang elegan.
Petualangan di Empat Negara
Setelah Milan, Ancelotti tidak berhenti di Italia. Ia menjelajah ke Inggris, Prancis, Jerman, dan Spanyol. Chelsea menjadi tujuan pertamanya di luar negeri. Di musim 2009/2010, ia langsung mempersembahkan Premier League dan Piala FA.
Lalu, ia menukangi Paris Saint-Germain. Pada musim 2012/2013, ia membawa PSG menjuarai Ligue 1. Tak lama kemudian, Bayern Munchen menjadi rumah barunya. Di sana, ia memenangkan Bundesliga dan dua Piala Super Jerman.
Kejayaan itu berlanjut ketika ia kembali ke Real Madrid. Di klub ibu kota Spanyol ini, Ancelotti menjelma jadi legenda. Ia sukses mencetak sejarah luar biasa yang membuat namanya semakin melegenda.
Real Madrid: Panggung Utama Kejayaan
Ancelotti menjadi pelatih Real Madrid dalam dua periode. Di periode pertama (2013–2015), ia langsung mempersembahkan La Decima—trofi Liga Champions ke-10 bagi Madrid. Musim itu juga melahirkan trofi Copa del Rey dan Piala Dunia Antarklub.
Ia kembali pada tahun 2021. Kali ini, prestasinya jauh lebih dahsyat. Ancelotti memenangkan tiga Liga Champions tambahan (2022, 2024, dan 2024 kembali melalui Interkontinental). Ia juga membawa Madrid menjuarai La Liga, Copa del Rey, serta berbagai trofi lainnya.
Rekor tak tertandingi pun tercipta. Ancelotti menjadi satu-satunya pelatih yang pernah menjuarai Liga Champions lima kali. Dua trofi bersama Milan dan tiga dengan Madrid.
Lebih dari Sekadar Gelar
Ancelotti bukan hanya soal jumlah trofi. Ia memiliki kemampuan memahami karakter pemain dengan luar biasa. Filosofinya sederhana: keseimbangan antara pertahanan kuat dan serangan efisien.
Ia juga mampu membangun kepercayaan dalam tim. Di setiap klub yang ia tangani, para pemainnya selalu merasa nyaman. Hal ini tercermin dari loyalitas dan performa maksimal yang selalu ditunjukkan di lapangan.
Rasio kemenangan Ancelotti pun mengesankan. Bersama Milan, ia meraih 238 kemenangan dari 420 laga. Di Real Madrid sejak 2021, ia mencatat 161 kemenangan dari 225 pertandingan.
Mengukir Nama di Lima Liga Top
Tidak banyak pelatih yang mampu menaklukkan lima liga top Eropa. Ancelotti telah melakukannya. Ia memenangi gelar liga di Italia, Inggris, Prancis, Jerman, dan Spanyol.
Daftar prestasinya pun begitu panjang dan merata di semua klub:
- Juventus: 1 trofi
- AC Milan: 8 trofi
- Chelsea: 3 trofi
- PSG: 1 trofi
- Bayern Munchen: 3 trofi
- Real Madrid: 15 trofi
Prestasi terakhirnya datang pada musim 2023/2024. Ia membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions dan Piala Super Eropa. Ia juga memenangkan La Liga dan Piala Super Spanyol.
Kini Membidik Dunia
Kini, Ancelotti mendapat tantangan baru sebagai pelatih tim nasional Brasil. Targetnya jelas: membawa Brasil kembali berjaya di Piala Dunia 2026. Banyak yang yakin, tangan dinginnya bisa menyulap skuad Selecao menjadi kekuatan tak terbendung.
Penutup: Warisan Seorang Legenda
Carlo Ancelotti bukan hanya pelatih penuh trofi. Ia adalah pemimpin sejati di dunia sepak bola. Kesuksesannya lahir dari kerja keras, kecerdasan, dan kemampuan membangun hubungan.
Dengan catatan 31 gelar dan pengaruh global yang tak tertandingi, Ancelotti pantas disebut sebagai maestro sepak bola sejati. Kini, dunia menunggu kisah barunya di panggung internasional bersama Brasil.
Baca Juga: Real madrid tersingkir dari liga champions usai kalah melawan arsenal